Malam itu, ruang kamar terasa lebih hangat dari sebelumnya. Ketiga sahabat duduk bersama, menikmati teh terakhir yang tersisa, seolah momen ini adalah tanda bahwa perjalanan mereka bersama telah mencapai titik puncaknya.

Luna melihat ke luar jendela. “Kadang, aku merasa bingung. Kenapa kita harus selalu berusaha jadi lebih baik? Bukankah kita sudah cukup?”

Rani tersenyum lembut. “Aku juga dulu merasa seperti itu, Luna. Tapi, aku sadar... jadi versi terbaik diri itu bukan soal sempurna, tapi tentang terus berkembang, belajar, dan mencintai diri dalam prosesnya.”

Nadine menatap mereka dengan bijak. “Perjalanan itu nggak pernah selesai. Setiap hari kita bertumbuh. Yang penting, kita terus berjalan.”