Kamar itu masih jadi saksi—dinding warna pastel yang tenang, lampu gantung yang
hangat, dan tiga sahabat yang semakin jujur pada diri mereka sendiri.
Malam
itu, mereka tidak banyak bercanda. Ada keheningan kecil yang nyaman. Sampai
akhirnya Luna bertanya pelan, “Pernah nggak sih, kalian ngerasa... kayaknya
aku tuh belum cukup ini itu? Belum layak dapet hal-hal baik, atau belum pantas
bahagia?”
Rani yang biasanya cepat jawab, kali ini diam sejenak.
“Sering lah, Luun,” jawabnya singkat. “Kayak...ehmm.. selalu ada yang lebih
dari aku. Lebih cantik, lebih sukses, pokoknya lebih... segalanya deh,”
lanjutnya.
Nadine memandang mereka satu per satu. “Kita ini hidup
di dunia yang suka bikin kita lupa... kalau sebenarnya kita udah cukup dari
awal.”
Self-Worth itu Bukan Kompetisi, Tapi Komitmen pada Diri Sendiri
“Self-worth itu bukan soal pencapaian, bukan soal validasi orang lain,
atau angka likes di IG,” ucap Nadine sambil menatap lilin aromaterapi di meja
kecil. “Itu soal... kamu tau kamu berharga, bahkan pas kamu nggak
ngapa-ngapain.”
Luna menatap kuku-kuku jari jemarinya. “Tapi gimana
caranya ngerasa cukup, kalau dunia terus-menerus menuntut standar yang tinggi
banget?”
Nadin meletakkan iPhone terbarunya diatas pahanya, satu persatu kedua sahabatnya itu ditatap dalam-dalam. Setelah beberapa tarikan nafas, Nadine pun mulai memberikan penjelasan.
Langkah-langkah Membangun Rasa Cukup dari Dalam
1. Akui bahwa kamu manusia, bukan mesin pencapaian
“Kamu boleh gagal. Kamu boleh istirahat sejenak. Harga dirimu nggak akan turun karena itu.”
Dalam masyarakat yang seringkali menekankan pada produktivitas dan pencapaian, mudah untuk melupakan bahwa kita adalah manusia, bukan mesin. Kita memiliki batas, kita membutuhkan istirahat, dan kita tidak selalu bisa mencapai target yang kita tetapkan. Mengakui bahwa kita manusia berarti menerima bahwa kita akan mengalami kegagalan, kelelahan, dan kemunduran. Ini adalah bagian alami dari kehidupan. Mengistirahatkan diri sejenak atau mengalami kemunduran tidak berarti kita kurang berharga atau kurang mampu. Harga diri kita tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang telah kita capai, tetapi oleh nilai intrinsik kita sebagai manusia.
2. Lepaskan kebutuhan akan validasi eksternal
“Selama kamu masih ngukur dirimu dari omongan orang lain, kamu bakal capek. Bangun validasi dari dalam dirimu sendiri.”
Kebutuhan akan validasi eksternal seringkali membuat kita terjebak dalam lingkaran tanpa akhir. Kita terus-menerus mencari persetujuan dari orang lain untuk merasa berharga, dan ketika kita tidak mendapatkannya, kita merasa hancur. Ini seperti membangun rumah di atas pasir—tidak stabil dan mudah runtuh. Validasi dari luar diri bersifat sementara dan tidak dapat diandalkan, karena pendapat orang lain dapat berubah-ubah. Oleh karena itu, penting untuk membangun validasi dari dalam diri sendiri. Ini berarti belajar untuk menghargai diri sendiri, mengakui nilai diri, dan merasa percaya diri dengan siapa diri kita, terlepas dari apa yang orang lain katakan. Dengan membangun validasi dari dalam, kita menjadi lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih bahagia.
3. Ingat: Kamu nggak harus jadi ‘lebih’ untuk layak disayangi
“Cinta, penghargaan, kebahagiaan... itu bukan hadiah untuk yang sempurna. Itu tuh hak kamu.”
Seringkali, kita merasa bahwa cinta, penghargaan, dan kebahagiaan hanya diperuntukkan bagi mereka yang "sempurna"—yang memiliki pencapaian luar biasa, penampilan menarik, atau kepribadian yang sempurna. Padahal, kenyataannya, semua itu adalah hak dasar setiap manusia. Kita tidak perlu menjadi "lebih" dari diri kita sendiri untuk layak dicintai dan dihargai. Keberadaan kita sebagai manusia, dengan segala keunikan dan ketidaksempurnaan kita, sudah cukup untuk membuat kita layak mendapatkan cinta, penghargaan, dan kebahagiaan. Ini bukan tentang menjadi egois atau narsis, tetapi tentang mengakui nilai diri kita sebagai manusia yang berharga.
4. Bicara baik sama diri sendiri
“Perhatikan inner voice kamu. Ganti self-criticism dengan self-compassion.”
Bayangkan diri kamu seperti seorang teman dekat. Saat temanmu melakukan
kesalahan atau mengalami kesulitan, bagaimana kamu berbicara kepadanya?
Kemungkinan besar, kamu akan memberikan kata-kata yang lembut, dukungan, dan
pengertian. Nah, "bicara baik sama diri sendiri" berarti memperlakukan
diri sendiri dengan cara yang sama. Seringkali, kita memiliki "suara hati" atau inner voice yang sangat kritis, yang selalu mencari kesalahan
dan kekurangan diri sendiri. Ini disebut
self-criticism.
Kita perlu mengganti suara kritis
(self-criticism) ini dengan suara yang lebih penuh kasih sayang,
penuh welas asih kepada diri sendiri atau self-compassion. Artinya,
kita belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya, dengan segala kelebihan
dan kekurangan. Kita mengakui bahwa kita tidak sempurna, dan itu tidak terlalu
jadi masalah. Ketika kita melakukan kesalahan, alih-alih menyalahkan diri
sendiri, kita belajar untuk bersikap lembut dan pengertian, seperti yang akan
kita lakukan pada teman baik. Kita mengingatkan diri sendiri bahwa setiap
orang membuat kesalahan, dan yang terpenting adalah belajar dan tumbuh dari
pengalaman tersebut.
Dengan berbicara baik pada diri sendiri, kita
membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri. Kita menjadi lebih
percaya diri, lebih tangguh menghadapi kesulitan, dan lebih mampu menikmati
hidup. Ini bukan berarti kita mengabaikan kesalahan atau tidak berusaha untuk
menjadi lebih baik, tetapi kita melakukannya dengan cara yang
lebih positif dan konstruktif.
5. Rayakan keberadaanmu, bukan hanya pencapaianmu
“Kamu ada, kamu hidup, kamu berjuang. Itu aja udah keren.”
Seringkali,
kita terjebak dalam budaya yang hanya menghargai pencapaian. Kita mengukur
nilai diri kita berdasarkan seberapa banyak yang telah kita raih, seberapa
sukses kita, atau seberapa banyak penghargaan yang kita dapatkan. Padahal,
keberadaan kita sebagai manusia itu sendiri sudah merupakan sesuatu yang luar
biasa. Kita hidup, kita bernapas, kita merasakan, kita belajar, kita tumbuh,
dan kita berjuang setiap hari. Itu semua adalah bukti dari kekuatan dan
ketahanan kita sebagai manusia.
Merayakan keberadaan kita berarti
menghargai diri kita apa adanya, tanpa syarat. Kita mengakui bahwa kita layak
dicintai dan dihormati, bukan karena apa yang telah kita lakukan, tetapi
karena siapa kita. Kita belajar untuk bersyukur atas hal-hal sederhana dalam
hidup, seperti kesehatan, keluarga, teman, dan kesempatan untuk mengalami
dunia ini. Kita merayakan setiap langkah kecil dalam perjalanan hidup kita,
bahkan jika itu tidak mengarah pada pencapaian besar. Dengan merayakan
keberadaan kita, kita membangun dasar yang kuat untuk harga diri dan
kebahagiaan yang sejati.
------
Rani tersenyum kecil, “Berarti... aku nggak harus
terus-terusan membuktikan diri ya?”
Nadine menjawab, “Nggak. Kamu
cukup, bahkan saat kamu cuman jadi kamu seperti sekarang.” Sambil merebahkan
tubuhnya ia pun melanjutkan, "Kapan-kapan kita diskusikan mengenai 'merasa
cukup' secara lebih mendalam, huuuaahhaah...hmm..aku dah ngantuk nih." Mulut
Nadin menguap lebar sambil memejamkan mata.
Luna menambahkan, “Dan
kita akan terus belajar untuk percaya hal itu, kan?”
Ketiganya
saling menatap. Tak perlu pelukan, tak perlu kalimat panjang. Cukup kehadiran
yang saling menguatkan.
Berhenti Mencari, Mulailah Menemukan
Malam itu, mereka tidak menemukan semua jawaban. Tapi mereka menemukan satu
hal penting: bahwa berhenti mencari nilai di luar, bisa jadi awal menemukan
harta yang tersembunyi di dalam.
Karena kamu cukup. Selalu
cukup. Dan cukup adalah tempat terbaik untuk mulai.
Kita harus mulai belajar untuk menyadari bahwa kita sudah memiliki semua yang kita butuhkan untuk memulai perjalanan hidup. Merasa "cukup" bukan berarti kita tidak ingin berkembang, tetapi lebih kepada menerima diri kita apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Dengan berdamai dengan diri sendiri, kita membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan kebahagiaan. Kita tidak lagi terbebani oleh rasa kurang ini itu atau ketidakpuasan, sehingga kita dapat melangkah maju dengan lebih percaya diri dan penuh semangat.
*Klik gambar produk untuk melihat detailnya:
Posting Komentar
Silakan Meninggalkan Komentar