Kamar itu masih jadi saksi—dinding warna pastel yang tenang, lampu gantung yang hangat, dan tiga sahabat yang semakin jujur pada diri mereka sendiri.

Malam itu, mereka tidak banyak bercanda. Ada keheningan kecil yang nyaman. Sampai akhirnya Luna bertanya pelan, “Pernah nggak sih, kalian ngerasa... kayaknya aku tuh belum cukup ini itu? Belum layak dapet hal-hal baik, atau belum pantas bahagia?”

Rani yang biasanya cepat jawab, kali ini diam sejenak. “Sering lah, Luun,” jawabnya singkat. “Kayak...ehmm.. selalu ada yang lebih dari aku. Lebih cantik, lebih sukses, pokoknya lebih... segalanya deh,” lanjutnya.

Nadine memandang mereka satu per satu. “Kita ini hidup di dunia yang suka bikin kita lupa... kalau sebenarnya kita udah cukup dari awal.”