Hujan masih rajin mengetuk jendela malam itu. Tetesannya seperti irama pelan
yang mengiringi percakapan sunyi di kamar yang hangat itu.
Luna
sedang memeluk bantal guling. Di wajahnya ada ekspresi yang sulit dijelaskan.
“Aku nggak tahu kenapa, tapi kadang aku bisa sedih banget cuma gara-gara hal
kecil. Kayak... orang lain cuek, langsung ngerasa ditolak.”
Rani
menoleh pelan. “Aku juga kadang gitu. Padahal yang bilang ‘nggak bisa’ cuma
teman kantor, tapi rasanya kayak ditinggalin.”
Nadine mengangguk
lembut. “Itu... mungkin suara *inner child* kamu yang lagi muncul.”
Mengenal Si Anak Kecil di Dalam Diri
"Inner child itu bagian dari diri kita yang masih memegang luka masa
kecil,” jelas Nadine. “Mungkin dulu kita pernah dimarahi karena nangis. Atau
ditinggal sendirian saat butuh ditemani. Luka-luka kecil itu... tertinggal.
Jadi inner child itu semacam trauma masa lalu.”
Luna menatap
kosong. “Jadi... aku yang sekarang sedih karena aku yang dulu belum pernah
disembuhkan?”
“Tepat sekali,” jawab Nadine. “Dan penyembuhnya... ya
kamu yang sekarang.”
Langkah-Langkah Menyembuhkan Inner Child
1. Sadarilah bahwa ia ada
“Luangin waktu buat merenung. Kapan terakhir kamu merasa ‘terlalu emosional’? Bisa jadi itu sinyal dari si kecil yang luka.”
Merasa terlalu emosional bisa jadi tanda dari luka masa lalu ("si kecil yang luka") yang belum kita sadari. Emosi berlebihan saat ini mungkin merupakan reaksi dari luka itu, meminta perhatian. Dengan merenung kapan terakhir kita sangat emosional, kita bisa terhubung dengan luka tersebut dan mulai mengatasinya.
2. Temui dan ajak bicara
“Bayangkan kamu yang kecil. Duduklah bersamanya dalam pikiranmu. Tanyakan: ‘Apa yang kamu butuhkan? Apa yang membuatmu takut?’”
Ini menganjurkan kita untuk secara aktif menghubungi dan berdialog dengan representasi diri kita di masa kecil, yang dilambangkan dengan "kamu yang kecil." Melalui latihan imajinasi, kita diajak untuk "duduk bersama" sosok anak kecil ini dalam pikiran kita, menciptakan ruang yang aman untuk mendengarkan kebutuhan dan ketakutannya. Tentu kamu masih mampu mengingat bentukmu seperti apa sewaktu masih kecil. Duduk secara rileks di tempat yang tenang, pejamkan mata, atur nafas secara perlahan dan hadirkan dalam pikiranmu sosok dirimu ketika masih kecil. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Apa yang kamu butuhkan?" dan "Apa yang membuatmu takut?" bertujuan untuk menggali dan memahami pengalaman-pengalaman serta emosi-emosi yang mungkin masih memengaruhi kita hingga saat ini. Proses ini merupakan langkah penting dalam penyembuhan luka batin, karena dengan mengenali dan mengakui kebutuhan serta ketakutan masa kecil, kita dapat mulai memberikan dukungan dan pemahaman yang mungkin tidak kita dapatkan saat itu.
3. Validasi dan peluk perasaannya
“Jangan buru-buru nyuruh dia kuat. Katakan, ‘Aku ngerti kamu takut. Nggak apa-apa. Aku di sini.’”
Jangan langsung suruh diri kita kuat saat merasa takut atau sedih. Lebih baik bilang dalam hati, "Aku tahu kamu takut, tidak apa-apa kok, aku ada di sini bersamamu." Ini artinya kita mengakui dan menerima perasaan itu, bukan malah menyuruhnya hilang. Dengan begitu, kita jadi lebih tenang dan bisa mulai merasa lebih baik.
4. Beri dia apa yang dulu tidak dia dapatkan
“Kalau dulu kamu sering dimarahi, beri dia kelembutan. Kalau dulu kamu kesepian, beri dia kehadiran.”
Dulu waktu kecil, mungkin ada hal buruk yang kita alami, misalnya sering dibentak atau merasa sendirian. Sekarang, bayangkan anak kecil itu ada di dalam diri kita, kita peluk dengan penuh kehangatan. Nah, beri dia apa yang dulu kurang. Kalau dulu sering dibentak, sekarang kita harus lebih lembut padanya. Kalau dulu kesepian, sekarang kita usahakan untuk tidak merasa sendiri lagi, kita yang sekarang menjadi teman terbaik untuk kita dimasa kecil yang hadir secara imajinasi di pikiran kita. Ini seperti mengobati luka lama dengan memberikan apa yang dulu tidak kita dapatkan dimasa kecil, supaya kita yang saat ini bisa merasa lebih baik sekarang.
5. Ulangi proses ini dengan penuh kasih
“Inner child healing bukan sekali jadi. Tapi tiap kali kamu memilih hadir untuk dirimu yang kecil, kamu menenun utuh dirimu yang sekarang.”
Proses menyembuhkan "anak kecil" di dalam diri kita butuh waktu dan tidak bisa selesai sekali saja. Sama seperti merawat luka, kita perlu melakukannya berulang kali dengan sabar dan sayang. Setiap kali kita meluangkan waktu untuk mendengarkan, memahami, dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh "diri kecil" kita, kita sebenarnya sedang memperbaiki dan menyatukan kembali bagian-bagian diri kita yang mungkin terluka atau terpisah. Dengan terus hadir dan memberikan kasih sayang kepada "anak kecil" itu, perlahan kita akan merasa lebih utuh dan damai sebagai diri kita yang sekarang.
---
Rani menyeka matanya. “Aku baru sadar... aku sering ngerasa harus selalu jadi
kuat, karena dulu aku nggak boleh nangis.”
Luna berkata pelan,
"Dulu aku pernah merasa ditinggal sendiri, dan gara-gara itu, aku jadi selalu
takut kalau aku ini nggak cukup baik buat dipilih."
Nadine menggenggam tangan mereka. “Dan malam ini... kita semua milih untuk hadir buat 'anak kecil' di dalam diri kita itu.”
---
Menjadi Rumah Bagi Diri Sendiri
Tidak ada yang lebih mengharukan daripada menjadi orang dewasa yang dibutuhkan oleh versi kecil diri kita. Karena di balik setiap reaksi berlebih, ada kisah yang belum selesai. Dan setiap pelukan ke dalam, adalah awal dari rumah yang kita bangun—dari dalam ke luar.
*Klik gambar produk untuk melihat detailnya:
Posting Komentar
Silakan Meninggalkan Komentar